1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya
PolitikSingapura

PM Singapura Pastikan Rencana Suksesi "Kembali ke Jalur"

21 Agustus 2023

PM Singapura Lee Hsien Loong memastikan bahwa serentetan skandal politik yang baru-baru ini mengguncang partainya tidak akan menggagalkan rencananya untuk menyerahkan kekuasaan kepada generasi pemimpin yang lebih muda.

https://p.dw.com/p/4VO43
PM Singapura Lee Hsien Loong
Foto: Evelyn Hockstein/REUTERS

Dalam pidato kebijakan tahunannya pada Minggu (20/08), Perdana Menteri (PM) Singapura Lee Hsien Loong mengatakan bahwa rencana untuk menyerahkan kursi kepemimpinan kepada generasi yang lebih muda telah "kembali ke jalur yang semestinya.”

Lee, 71, sebelumnya telah merencanakan mundur dari jabatannya pada tahun 2022, membuka jalan bagi wakilnya, Lawrence Wong (50 tahun), untuk mengambil alih kursi kepemimpinan.

Namun, rencana itu batal karena pandemi virus corona. Lee saat itu mengatakan bahwa ia harus memimpin Singapura melewati krisis pandemi tersebut.

"Sekarang COVID sudah berlalu dan rencana suksesi saya telah kembali ke jalurnya,” kata Lee dalam pidato tahunannya yang dikenal sebagai National Day Rally itu.

"Skandal politik tidak akan tunda jadwal perubahan”

Menurut Lee, serangkaian skandal politik yang mengguncang partainya yang saat ini berkuasa, sebuah kejadian langka di negara itu, juga tidak akan memengaruhi perubahan kepemimpinan yang telah direncanakan.

Skandal-skandal politik itu meliputi penyelidikan terhadap seorang menteri kabinet oleh badan antikorupsi dan pengunduran diri dua anggota parlemen karena "hubungan yang tidak pantas.”

Partai Aksi Rakyat (PAP) pimpinan Lee memang telah berkuasa sejak Singapura merdeka pada tahun 1965.

"Izinkan saya meyakinkan Anda: Insiden ini tidak akan menunda jadwal perubahan kepemimpinan saya,” kata Lee. "Kami menangani masing-masing insiden itu secara menyeluruh dan transparan,” tambahnya.

Meski begitu, Lee tidak merinci kapan dia akan menyerahkan kursi kepemimpinan kepada Wong, yang saat ini masih menjabat sebagai Menteri Keuangan Singapura.

Pemilihan umum diperkirakan baru akan berlangsung pada tahun 2025. Jika Wong mengambil alih kepemimpinan, maka itu akan menjadi kedua kalinya dalam hampir 60 tahun, seorang perdana menteri bukan dari anggota keluarga Lee.

Ekonomi diperkirakan tumbuh, tapi inflasi tetap bertahan

Dalam pidatonya, Lee juga berupaya menjawab kekhawatiran warga tentang meningkatnya biaya hidup, pekerjaan, dan perumahan di negara tersebut. Negara kepulauan Asia Tenggara dengan 3,5 juta penduduk ini sering dianggap sebagai salah satu tempat tinggal termahal di dunia.

Lee memperingatkan bahwa invasi Rusia di Ukraina, pemanasan global, dan ketegangan antara AS-Cina, telah mengganggu rantai pasokan dan produksi pangan, yang berdampak negatif terhadap negara perdagangan yang lebih kecil seperti Singapura.

Lee juga memperingatkan bahwa disrupsi di pekerjaan masih mungkin terus berlanjut dan inflasi masih akan tetap "lebih tinggi dari biasanya.”

Meski begitu, ia memperkirakan akan melihat pertumbuhan ekonomi tahun ini, berharap bahwa negara itu akan terhindar dari resesi.

Tingkat inflasi inti tahunan Singapura dilaporka turun menjadi 4,2% di bulan Juni dari sebelumnya 4,7% di bulan Mei.

gtp/ha (AFP, Reuters)